Biasa Dapat Peran Cowok Lembut, Ajil Ditto Tampil Garang Jadi Prajurit di Believe

1 day ago 12

Pemain dan kreator film Believe Biasa Dapat Peran Cowok Lembut, Ajil Ditto Tampil Garang Jadi Prajurit di 'Believe'/Foto: Dini Astari

Jakarta, Insertlive -

Ajil Ditto kembali dengan film terbaru bertajuk Believe - Takdir, Mimpi, Keberanian yang akan tayang di bioskop pada Juli mendatang.

Namun berbeda dengan film-film sebelumnya, film Believe adalah film laga berlatar perang menegangkan.

Genre ini pun baru bagi Ajil yang selama ini dikenal sebagai aktor komedi romantis dengan peran cowok lembut. Di sini, Ajil menunjukkan sisi lain yang garang sebagai prajurit.


"Mungkin temen-temen biasanya ngelihat aku yang lembut atau komedi-komedi. Tiba-tiba rada banting stir ke action. Rada jomplang karena nggak pernah ada yang lihat sisi ini di diriku. Padahal memang film kayak gini tuh yang aku pengenin dari dulu," kata Ajil dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (3/6).

IKUTI QUIZ

"Pokoknya kalau yang kalian lihat aku lembut, di sini tetap ada cuma nggak banyak," bebernya.

Untuk tampil sebagai prajurit, Ajil melakukan beberapa perubahan pada tubuhnya. Dia menurunkan berat badan hingga latihan menggunakan senjata.

"Banyak sekali yang kami lakukan di sini, bukan cuma aku. Aku juga menurunkan berat badan dan workshop-nya terbilang cukup sulit. Etika memengang senjata, gimana kita gestur, gerak tubuh, ya terima kasih abang-abang tentara yang udah kami tanya-tanya," jelasnya.

Dengan penggunaan fisik yang totalitas, Ajil bahkan mengaku sampai mengalami cedera. Namun, proses pemulihannya cepat berkat kru medis yang bertugas.


"Cedera ada ketika proses fighting, tapi disulap langsung bisa fighting lagi. Ada momen gue dibawain es dan gue berendem," kenangnya.

Film Believe - Takdir, Mimpi, Keberanian berkisah tentang Agus (Ajil Ditto) yang tumbuh dalam bayang-bayang sang ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), seorang prajurit yang bertempur dalam Operasi Seroja tahun 1975.

Meski Dedi telah banyak berkorban, pengabdiannya justru berdampak buruk bagi kehidupan pribadinya. Kecemasan dan ketidakpastian membuat Ibu Agus pergi, meninggalkan jejak kesepian dan amarah di hati Agus kecil.

Agus tumbuh menjadi pemuda yang kerap terlibat perkelahian saat menginjak masa remaja pada era 1984. Agus muda kehilangan arah, terjebak dalam bayang masa lalu.

Suatu hari, kematian sang ayah justru menyingkap kisah-kisah keberanian dan pengorbanan ayahnya di medan perang, Agus mulai mengenal sosok ayahnya dengan cara yang berbeda.

Agus juga jadi terinspirasi oleh keberanian dan pengorbanan yang selama ini tak ia pahami, Agus pun mengambil keputusan besar menjadi seorang prajurit.

Namun, jalan menuju medan perang tak semudah yang dibayangkannya. Dengan tekad penuh, Agus menghadapi penolakan, kegagalan, dan rasa takut akan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.

Di tengah gejolak konflik, takdir mempertemukannya dengan Miro (Marthino Lio), pemimpin separatis yang dahulu menjadi musuh ayahnya. Kini, di tengah kobaran perang dan dilema pribadi, Agus harus bergulat dengan identitasnya sebagai prajurit, pengorbanan keluarga yang ia tinggalkan, serta tanggung jawab besar melindungi anak buahnya dan warga sipil yang tak bersalah.

(dia/dia)

Tonton juga video berikut:

ARTIKEL TERKAIT

Loading Loading

BACA JUGA

detikNetwork

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online