Jakarta -
Bunda tahu enggak sih, ternyata risiko keguguran bisa memiliki faktor keturunan. Jika ibu, nenek, atau saudara perempuan mengalami keguguran berulang, ada kemungkinan bahwa faktor genetik atau kondisi medis yang mendasarinya dapat meningkatkan risiko keguguran dalam keluarga.
Menurut studi yang dipublikasikan National Library of Medicine, sebanyak 12 studi melaporkan hubungan antara riwayat keluarga dan risiko keguguran. Secara keseluruhan, 41.287 perempuan diikutsertakan dalam meta-analisis.
Perempuan yang mengalami keguguran lebih mungkin melaporkan riwayat keguguran dalam keluarga (OR gabungan yang tidak disesuaikan 1,90, 95 persen CI 1,37-2,63). Kualitas dan ukuran studi secara keseluruhan bervariasi, dengan sedikit penyesuaian untuk faktor pengganggu.
Faktor keturunan yang miliki risiko keguguran
Berikut beberapa faktor keturunan yang memiliki risiko keguguran yang wajib Bunda ketahui.
1. Kelainan genetik
Mutasi atau kelainan kromosom yang diwariskan bisa menyebabkan keguguran berulang. Contohnya adalah kelainan pada kromosom parental yang diturunkan ke janin.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menemukan bahwa sekitar 50-60 persen keguguran trimester pertama disebabkan oleh kelainan kromosom pada janin.
Faktor ini sering kali terjadi secara acak, tetapi dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa diturunkan dalam keluarga, seperti translokasi kromosom seimbang yang dapat meningkatkan risiko keguguran berulang.
Selain itu, Journal of Assisted Reproduction and Genetics (2021) juga menemukan bahwa adanya mutasi genetik tertentu, seperti di gen NLRP7, dapat meningkatkan kemungkinan keguguran berulang.
2. Gangguan pembekuan darah (trombofilia)
Beberapa kondisi genetik, seperti sindrom antifosfolipid atau mutasi faktor V Leiden, dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang dapat mengganggu aliran darah ke janin.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet (2020), perempuan dengan kondisi trombofilia herediter (misalnya Faktor V Leiden atau mutasi protrombin G20210A) memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan darah lebih mudah menggumpal, sehingga dapat menghambat aliran darah ke plasenta dan menyebabkan keguguran.
Bukan hanya itu Bunda, studi lainnya yang dalam Thrombosis Research (2022) menyebutkan bahwa perempuan dengan mutasi ini memiliki risiko keguguran 2-3 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa mutasi.
3. Kondisi autoimun dan endokrin
Penyakit autoimun seperti lupus atau kelainan tiroid yang dapat diturunkan dalam keluarga juga bisa meningkatkan risiko keguguran lo Bunda.
Gangguan autoimun, seperti lupus atau sindrom antifosfolipid (APS), dapat meningkatkan risiko keguguran berulang. Menurut sebuah penelitian dalam Arthritis & Rheumatology Journal (2021), sekitar 20-30 persen perempuan dengan lupus mengalami keguguran berulang akibat peradangan yang menyerang tubuh sendiri, termasuk plasenta.
Selain itu, penelitian dari Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2020) menunjukkan bahwa perempuan dengan gangguan tiroid, seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme, memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami keguguran karena ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi perkembangan janin.
4. Kelainan rahim bawaan
Beberapa perempuan memiliki bentuk rahim yang tidak normal secara bawaan, seperti uterus septum, yang dapat meningkatkan kemungkinan keguguran.
Menurut penelitian dalam jurnal European Journal of Obstetrics & Gynecology (2018), perempuan dengan kelainan bentuk rahim, seperti uterus septum, memiliki risiko keguguran lebih tinggi karena janin sulit berkembang di dalam rahim yang tidak sempurna.
Studi ini menyebutkan bahwa sekitar 10-15 persen perempuan dengan keguguran berulang memiliki kelainan bawaan pada rahimnya.
Namun, faktor keturunan bukan satu-satunya penyebab keguguran ya Bunda. Gaya hidup, usia, kondisi kesehatan, dan faktor lingkungan juga berperan besar. Jika ada riwayat keguguran dalam keluarga, konsultasi dengan dokter atau spesialis kesuburan bisa membantu mengidentifikasi risiko dan cara pencegahannya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)