Jakarta -
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker paling umum yang terjadi pada perempuan. Tak heran bila banyak Bunda berbagi kisah kanker serviks yang dialaminya ke publik selama beberapa tahun terakhir.
Kisah kanker serviks yang diangkat ke media belum lama ini dibagikan seorang Bunda bernama Gemma Barley. Perempuan 34 tahun asal Inggris ini membagikan kisah keluarganya yang turun-temurun terkena kanker.
Faktor genetik memang menjadi salah satu faktor risiko kanker serviks pada perempuan, Bunda. Memiliki ibu atau saudara perempuan yang mengidap kanker serviks bisa menjadi faktor risiko untuk mengembangkan kanker tersebut.
Kisah Bunda terkena kanker serviks turun-temurun dari keluarga
Gemma Barley baru mengetahui kanker serviks yang diidapnya setelah menjalani biopsi pada Januari 2022. Tes tersebut dilakukannya setelah menjalani pemeriksaan rutin tiga tahun untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel-sel abnormal di serviks. Pemeriksaan sebelumnya tidak menunjukkan adanya sel kanker di dalam tubuh Barley.
Di satu sisi, Barley menyimpan kekhawatiran. Ia khawatir bila ia mengikuti aturan baru NHS Inggris untuk memperpanjang waktu antara pemeriksaan hingga lima tahun, hasilnya bisa lebih buruk.
"Setelah pemeriksaan smear (pap smear) rutin pada tahun 2022, saya mendapat surat yang mengatakan bahwa kami menemukan sesuatu yang tidak normal di hasil pemeriksaan dan diberi tahu bahwa saya perlu menjalani biopsi," kata Bunda satu anak ini, dilansir Independent.
"Seolah-olah seluruh hidup saya telah berlalu di depan mata saya. Saya pikir anak saya akan kehilangan seorang ibu. Itu mengerikan," sambungnya.
Kanker serviks telah memengaruhi keluarga dari pihak ibu Barley selama beberapa generasi. Ia kehilangan neneknya karena penyakit tersebut pada usia 54 tahun, hanya tiga bulan setelah didiagnosis pada 2004.
Ibunda Barley juga didiagnosis mengidap kanker serviks pada 2018 dan harus menjalani histerektomi untuk mengurangi risiko penyakit tersebut.
Barley sendiri akhirnya mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat menampik rasa khawatirnya. Setelah menunggu selama empat minggu, hasil pemeriksaan menyatakan bahwa sel-sel yang diperiksa tidak bersifat kanker.
Dari pengalaman tersebut, ia menganggap bahwa perubahan dapat terjadi dengan cepat. Ia khawatir perubahan terbaru pada pemeriksaan kanker serviks dapat membahayakan nyawa seorang perempuan.
Seruan Barley untuk deteksi kanker serviks
Berdasarkan pedoman baru NHS Inggris, pemeriksaan serviks tidak lagi dilakukan setiap tiga tahun, melainkan lima tahun. Perubahan ini akan mulai berlaku bulan depan di Inggris, mengikuti rekomendasi dari UK National Screening Committee.
Setelah melihat perubahan tersebut, Barley memulai petisi agar aturan itu dibatalkan dan berkata. Seruan ini diambil lantaran pengalaman tak menyenangkan yang dialami keluarganya.
"Saya benar-benar marah ketika melihat perubahan tersebut, karena saya mengalaminya langsung, dan hal itu membuat saya takut," katanya.
"Hasil tes pap smear pertama saya baik-baik saja, dan saya tidak melihat perubahan signifikan dalam hidup saya sejak saat itu. Namun, hasil tes pap smear kedua saya menunjukkan kelainan. Perubahan itu dapat berubah dengan cepat, tetapi mereka tampaknya tidak keberatan untuk memperpanjang (pemeriksaan) selama dua tahun lagi."
Menurut analisis dari King's College London, memperpanjang interval waktu skrining menjadi lima tahun sama amannya dengan interval tiga tahun. Disebutkan juga bahwa tingkat deteksi kanker tetap sama meski interval pemeriksaan yang berbeda.
"Kami menyadari bahwa perubahan pada skrining serviks mungkin tampak mengkhawatirkan, tetapi ingin meyakinkan semua orang bahwa pendekatan baru ini didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat," kata seorang juru bicara NHS Inggris.
"Program pemeriksaan serviks NHS menguji human papillomavirus (HPV), menggunakan tes yang lebih baik dan lebih akurat dibandingkan sebelumnya. Ini berarti jika hasil tes HPV negatif, maka perempuan tidak perlu menjalani pemeriksaan sesering mungkin karena risiko terkena kanker serviks sangat rendah. Jika hasil tes HPV positif, maka kami (pihak terkait) akan memantau lebih ketat dengan tes tambahan dan kontrol tindak lanjut. Pendekatan yang dipersonalisasi ini memastikan setiap orang menerima pemeriksaan yang tepat berdasarkan faktor risiko individu, memberikan perlindungan yang lebih baik sekaligus mengurangi prosedur yang tidak perlu."
Ilustrasi Dokter dan Pasien/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PonyWang
Kanker serviks dapat diturunkan dari keluarga pihak ibu
Dikutip dari Healthline, kanker serviks memang dapat menurun dari keluarga pihak ibu, Bunda. Namun, hal itu tidak berarti bahwa kanker serviks bersifat genetik atau selalu diturunkan dalam keluarga ya.
Jenis kanker serviks yang paling umum adalah kanker serviks sel skuamosa atau adenokarsinoma, yang tidak bersifat turun-temurun. Namun, risiko mengembangkan beberapa jenis kanker serviks langka dapat meningkat karena dua faktor genetik berikut:
1. Gen DICER1 yang rusak
Orang dengan gen DICER1 yang rusak berisiko terkena jenis kanker serviks yang disebut rhabdomyosarcoma embrional.
2. Sindrom Peutz-Jegher (PJS)
Seseorang dengan PJS berisiko lebih besar terkena kanker payudara, usus besar, pankreas, dan paru-paru dibandingkan kanker serviks atau ovarium.
3. Faktor-faktor bawaan tertentu
Faktor lain, seperti gen respons imun yang salah (faulty immune response genes) dan gen perbaikan DNA (DNA repair genes), juga dapat mempersulit perlawanan terhadap infeksi HPV, yang menyebabkan peningkatan risiko kanker serviks.
Secara keseluruhan, kecil kemungkinan seorang ibu akan mewariskan kanker serviks kepada anak perempuannya. Jika khawatir kanker serviks mungkin terjadi dalam keluarga, tes genetik dapat memberikan beberapa jawaban.
Tes ini dapat memberi tahu apakah Bunda membawa salah satu gen yang terkait dengan jenis kanker serviks langka. Bunda juga dapat mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan faktor risiko lain untuk diri sendiri dan anggota keluarga perempuan.
Pemeriksaan untuk deteksi kanker serviks
Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks dapat dilakukan dengan rentang waktu tertentu. Berikut penjelasannya menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG):
- Perempuan usia 21 hingga 29 tahun harus menjalani tes Pap smear saja setiap 3 tahun. Tes HPV dapat dipertimbangkan untuk perempuan usia 25 hingga 29 tahun, tetapi tes Pap lebih direkomendasikan.
- Perempuan usia 30 hingga 65 tahun memiliki tiga pilihan untuk menjalani tes. Mereka dapat menjalani tes Pap smear dan tes HPV setiap 5 tahun. Mereka dapat menjalani tes Pap saja setiap 3 tahun atau menjalani tes HPV saja setiap 5 tahun.
- Setelah usia 65 tahun, perempuan dapat berhenti menjalani skrining kanker serviks jika tidak pernah memiliki sel serviks abnormal atau kanker serviks, dan telah menjalani dua atau tiga tes skrining negatif berturut-turut, tergantung pada jenis tesnya.
Demikian kisah Bunda dari keluarga yang turun-temurun terkena kanker serviks, serta penjelasan terkait faktor genetik dan penyakit ini. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)