Jakarta -
Saat usia kehamilan semakin mendekati waktu persalinan, posisi janin menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan. Idealnya, kepala janin berada di bawah mendekati jalan lahir.
Namun, dalam beberapa kasus, janin justru berada dalam posisi sungsang. Meskipun tidak selalu berbahaya, posisi ini dapat meningkatkan risiko komplikasi saat proses melahirkan, baik secara normal maupun caesar.
Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk mengenali jenis-jenis posisi sungsang dan dampaknya. Yuk, Bunda simak penjelasannya di bawah ini.
Mengenal posisi bayi sungsang
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, posisi bayi sungsang adalah kondisi di mana bagian tubuh janin yang mengarah ke jalan lahir bukan kepala, melainkan bokong atau kaki.
Kondisi ini umum terjadi pada awal kehamilan, namun biasanya janin akan berputar ke posisi kepala lebih dulu pada usia kehamilan 36 minggu.
Sekitar 3-4 persen kehamilan janin mengalami posisi sungsang. Beberapa bayi mungkin akan berbalik secara alami, namun jika masih sungsang setelah 37 minggu, maka dokter biasanya akan mempertimbangkan prosedur atau rencana persalinan tertentu.
3 Jenis posisi bayi sungsang
Dilansir dari Parents, berikut adalah tiga jenis posisi bayi sungsang:
- Frank Breech: Jenis ini paling umum ditemua, di mana bokong bayi berada di bawah mengarah ke liang vagina dengan kedua kakinya lurus ke atas sejajar dengan kepala.
- Complete Breech: Pada posisi ini, bokong berada di bawah, tetapi lutut bayi terlipat dan kaki berada di dekat bokong.
- Footling Breech: Salah satu atau kedua kaki bayi berada di bawah, sehingga kaki bisa lahir terlebih dahulu sebelum bagian tubuh lainnya.
Penyebab posisi bayi sungsang
Tidak selalu diketahui secara pasti mengapa seorang bayi berada dalam posisi sungsang. Namun, beberapa faktor dapat menyebabkan posisi bayi sungsang, seperti:
- Persalinan prematur. Bayi yang lahir prematur biasanya masih memiliki ruang lebih untuk bergerak, sehingga lebih mungkin berada dalam posisi sungsang.
- Bunda hamil kembar atau lebih. Dengan ruang yang lebih sempit, bayi cenderung tidak memiliki cukup ruang untuk berputar ke posisi kepala di bawah.
- Rahim yang tidak normal (misalnya berbentuk buah pir terbalik), atau adanya fibroid yang menghambat ruang gerak bayi.
- Terlalu banyak air ketuban yang memungkinkan bayi terus bergerak, sedangkan terlalu sedikit bisa membuat bayi sulit berputar.
- Tali pusat yang terlalu pendek sehingga membatasi gerakan bayi di dalam rahim.
- Posisi plasenta yang menutupi seluruh atau sebagian serviks. Kondisi ini disebut plasenta previa.
- Kelainan bawaan pada bayi. Beberapa kondisi seperti kelainan otot atau tulang bisa menghambat bayi untuk berpindah ke posisi kepala di bawah.
Cara mengetahui posisi janin sungsang
Mengetahui posisi janin sangat penting, terutama saat memasuki trimester ketiga. Berikut beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi posisi janin, yang masih dikutip dari laman Parents:
- Meraba perut (palpasi): Dokter atau bidan akan meraba bagian perut untuk menentukan posisi kepala, bokong, dan punggung bayi.
- Gerakan janin: Tendangan di bagian bawah perut Bunda bisa mengindikasikan bahwa kepala bayi berada di atas.
- Detak jantung bayi: Letak detak jantung dapat menunjukkan arah posisi bayi.
- Ultrasonografi (USG): Merupakan metode paling akurat untuk menentukan posisi janin dan jenis posisi sungsang.
- Pemeriksaan panggul (pelvic exam): Dilakukan saat persalinan untuk mengetahui bagian tubuh bayi yang berada di jalan lahir.
Cara mengobati posisi janin sungsang
Jika janin masih berada dalam posisi sungsang menjelang usia kehamilan 37 minggu ke atas, ada beberapa pilihan yang bisa dipertimbangkan untuk mengubah posisi bayi:
- Menunggu hingga bayi berputar sendiri: Banyak bayi akan berputar ke posisi kepala di bawah secara alami sebelum minggu ke-37.
- External Cephalic Version/ECV: Merupakan prosedur yang dilakukan oleh dokter dengan menekan perut ibu untuk memutar posisi bayi dari luar.
- Operasi caesar: Jika bayi tetap sungsang hingga menjelang kelahiran, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi caesar untuk mengurangi risiko komplikasi.
- Persalinan normal: Pada beberapa kasus, persalinan normal tetap dimungkinkan, terutama jika bayi dalam posisi frank breech dan tim medis berpengalaman. Namun, risikonya lebih tinggi dibanding persalinan caesar.
- Senam posisi: Seperti bridge pose, child’s pose, atau posisi merangkak untuk mendorong bayi berputar.
- Stimulasi suara atau suhu: Menempelkan musik di bagian bawah perut atau meletakkan es di bagian atas perut untuk mendorong bayi bergerak.
Komplikasi bayi sungsang yang dapat terjadi
Posisi bayi sungsang memang tidak selalu berbahaya, namun dapat meningkatkan risiko komplikasi saat proses persalinan. Komplikasi ini dapat berbeda tergantung pada metode kelahiran yang dipilih, baik secara normal maupun caesar.
Komplikasi bayi sungsang pada persalinan normal
Melahirkan bayi sungsang secara normal bisa menjadi pilihan jika kondisi ibu dan bayi memungkinkan. Namun, tetap ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:
- Prolaps tali pusat: Tali pusat bisa turun melalui leher rahim sebelum bayi lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan aliran oksigen dan darah ke bayi terganggu.
- Kepala bayi terjebak (head entrapment): Kepala bayi yang merupakan bagian terbesar bisa tertahan jika serviks belum terbuka sepenuhnya.
- Cedera fisik pada bayi: Seperti patah tulang, dislokasi sendi, memar, hingga cedera pada saraf dan tulang belakang.
- Displasia panggul bayi: Sekitar 12 persen hingga 24 persen bayi sungsang mengalami ketidakstabilan sendi panggul setelah lahir.
- Cedera pada ibu: Persalinan normal bisa membutuhkan episiotomi atau penggunaan alat bantu seperti forceps, yang meningkatkan risiko robekan pada jalan lahir.
Komplikasi bayi sungsang pada persalinan caesar
Melahirkan melalui operasi caesar umumnya lebih disarankan untuk bayi sungsang guna menghindari risiko komplikasi berat. Namun, hal ini juga memiliki beberapa risiko, seperti:
- Risiko infeksi dan pendarahan: Seperti prosedur operasi lainnya, caesar memiliki risiko infeksi pada luka operasi dan kehilangan banyak darah.
- Pemulihan lebih lama: Ibu yang melahirkan secara caesar membutuhkan waktu pemulihan lebih panjang dibandingkan persalinan normal.
- Cedera bayi selama prosedur: Walaupun jarang, bayi bisa mengalami goresan kulit atau cedera ringan saat operasi dilakukan.
Sebagian besar dokter lebih memilih operasi caesar untuk bayi sungsang karena risiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan persalinan normal, terutama pada kehamilan pertama.
Mengutip laman Pregnancy, Birth & Baby, sekitar 4 dari 10 ibu yang mencoba melahirkan normal dengan bayi sungsang akhirnya harus menjalani operasi caesar darurat.
Dengan mengetahui informasi ini sejak awal, Bunda dapat berdiskusi dengan dokter untuk memilih metode persalinan terbaik demi keselamatan ibu dan bayi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)