Kasus Kanker Serviks Meningkat, Ternyata Ini Faktor Utamanya

1 day ago 6

Jakarta -

Jumlah kasus kanker serviks dilaporkan meningkat, Bunda. Padahal, kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang bisa dicegah.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks secara global merupakan kanker paling umum keempat yang terjadi pada perempuan, dengan sekitar 660.000 kasus baru pada tahun 2022. Di tahun yang sama, sekitar 94 persen dari 350.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Faktor utama peningkatan kanker serviks

Sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open pada Maret 2025 menunjukkan bahwa persentase perempuan yang menjalani skrining kanker serviks turun dari 47 persen pada tahun 2019 menjadi 41 persen pada tahun 2023.

Menurut studi, perempuan yang tinggal di kawasan pedesaan 25 persen lebih mungkin terdiagnosis kanker serviks. Sementara itu, 42 persen di antaranya lebih mungkin meninggal akibat kanker ini bilang dibandingkan mereka yang tinggal di area perkotaan.

Hasil tersebut mencerminkan tren baru, di mana tingkat skrining lebih rendah justru ditemukan di daerah dengan penduduk yang sedikit, Bunda.

Penelitian sebelumnya pada tahun 2024 di diterbitkan di JAMA Network Open juga mengungkap alasan kenapa masih ada perempuan yang tidak menjalani skrining. Beberapa penyebabnya karena mereka bukan kulit putih dan tidak memiliki asuransi kesehatan.

American Cancer Society merekomendasikan agar seseorang menjalani tes HPV (Human papillomavirus) primer setiap lima tahun sejak usia 25 hingga 65 tahun. Jika tes HPV primer tidak tersedia, maka direkomendasikan untuk menggabungkan tes HPV dengan tes Pap setiap lima tahun atau tes Pap saja setiap tiga tahun.

Sementara itu, WHO menganjurkan minimal dua kali skrining dengan tes HPV dilakukan, yakni pada usia 35 tahun dan usia 45 tahun. Prakanker jarang menimbulkan gejala, itulah sebabnya skrining kanker serviks secara teratur penting dilakukan, bahkan jika Bunda telah divaksinasi terhadap HPV.

"Di antara perempuan yang menjalani skrining pertama kali pada usia 20-an dan 30-an, hingga 20 persen mengetahui bahwa mereka memiliki HPV berisiko tinggi," kata profesor kebidanan dan ginekologi serta kesehatan wanita di Albert Einstein College of Medicine, Dr. Mark Einstein, dikutip dari NBC News.

Bila hasil tes HPV positif, dokter biasanya akan mencari perubahan pada serviks (seperti prakanker) yang dapat berkembang menjadi kanker serviks. Pengobatan prakanker adalah prosedur sederhana untuk mencegah kanker serviks.

Penyebab kanker serviks

Perlu diketahui, kanker serviks utamanya disebabkan oleh infeksi persisten dari beberapa jenis Human Papillomavirus (HPV). HPV merupakan virus yang umum ditularkan melalui hubungan seksual.

"Infeksi HPV yang terus-menerus berisiko tinggi dapat menyebabkan sel-sel abnormal berkembang, yang kemudian menjadi kanker," kata WHO dalam laman resminya.

"Biasanya, dibutuhkan waktu 15-20 tahun bagi sel-sel abnormal untuk menjadi kanker. Namun pada perempuan dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti HIV yang tidak diobati, proses ini dapat terjadi lebih cepat dan memakan waktu 5-10 tahun."

Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi menular seksual umum yang dapat memengaruhi kulit, area genital, dan tenggorokan. Hampir semua orang yang aktif secara seksual akan terinfeksi pada suatu saat dalam hidup mereka, biasanya tanpa gejala. Dalam kebanyakan kasus, sistem kekebalan tubuh membersihkan HPV dari tubuh. Infeksi HPV yang terus-menerus berisiko tinggi dapat menyebabkan sel-sel abnormal berkembang, yang kemudian menjadi kanker.

Sementara itu, faktor risiko untuk perkembangan kanker meliputi tingkat onkogenisitas jenis HPV, status kekebalan tubuh, adanya infeksi menular seksual lainnya, jumlah kelahiran, usia muda saat kehamilan pertama, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan kebiasaan merokok.

Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks

Pemberian vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV, Bunda. WHO mengatakan, vaksinasi HPV pada usia 9-14 tahun adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah infeksi HPV, kanker serviks, dan kanker terkait HPV lainnya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), insiden prakanker serviks turun hampir 80 persen dari tahun 2002 hingga 2008 pada perempuan berusia 20 hingga 24 tahun, yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suntik HPV saat remaja.

Data lain menunjukkan, insiden kanker serviks turun 65 persen dari tahun 2012 hingga 2019 di antara perempuan berusia di bawah 25 tahun. Sedangkan, angka kematian akibat kanker serviks di antara kelompok usia yang sama turun 62 persen dari tahun 2013-2015 hingga 2019-2021.

Apakah orang yang telah divaksinasi masih bisa terkena infeksi HPV?

Jawabannya ya. Hal itu karena suntikan HPV, yang disetujui untuk anak-anak dan remaja pada tahun 2006, hanya dapat melindungi dari dua jenis virus paling berisiko, yang bersama-sama menyebabkan 70 persen kanker serviks, serta dua jenis yang menyebabkan kutil kelamin.

"Meskipun vaksin HPV pertama sangat efektif, orang yang divaksinasi dengan vaksin tersebut dapat terinfeksi salah satu jenis HPV yang menyebabkan 30 persen kanker serviks lainnya," kata dokter kandungan dan ginekolog Dr. Rebecca Perkins.

Sementara pada suntikan HPV yang diperbarui saat ini diketahui dapat melindungi dari sembilan jenis virus dan melindungi dari 90 persen kanker serviks dan anus, serta sebagian besar yang menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan.

Demikian berita terbaru terkait kasus kanker serviks yang meningkat, serta penjelasan soal kondisi medis ini. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online