Jakarta -
Baru-baru ini ramai diperbincangkan tentang wacana kebijakan sekolah jam 6 pagi oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Namun, apa dampaknya bagi kesehatan anak?
Dedi Mulyadi mengusulkan agar jam masuk sekolah yang dimajukan menjadi pukul 6 pagi. Sebagai kompensasi, anak-anak akan mendapatkan hari libur tambahan setiap hari Sabtu.
Menurutnya, kebijakan ini menjadi salah satu bagian dari program kedisiplinan dan optimalisasi waktu belajar anak.
Namun sebelum usul ini diwujudkan, perlu dipertimbangkan kembali terkait dampaknya bagi kesehatan anak. Terutama bagi jam tidur anak dan metabolisme tubuh, yang dikhawatirkan juga bisa berdampak bagi performa akademisnya.
Dampak kurang tidur bagi anak sekolah
Jika waktu masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 6 pagi, maka bisa dipastikan jam bangun anak ikut terpengaruh. Bukan tidak mungkin kemudian jam istirahat anak turut terganggu dan mereka jadi kurang tidur, Bunda.
Padahal tidur yang cukup memberikan banyak manfaat positif bagi kesehatan anak, termasuk bagi kestabilan emosi, daya ingat dan potensi akademis mereka.
Sebaliknya, kurang tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Hal tersebut dapat berpengaruh pada mood, kemampuan mengambil keputusan, dan rentang perhatian, yang semuanya diperlukan untuk belajar di sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh The Douglas Research Centre, bekerja sama dengan McGill University dan The Montreal West Island IUHSSC menuturkan bahwa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama telah diidentifikasi sebagai periode kritis untuk memengaruhi serta membangun kebiasaan sehat pada anak-anak.
Lantaran tidur sangat berdampak pada kesehatan dan performa siswa, penting untuk menekankan kebiasaan tidur yang baik, terutama memperhatikan waktu istirahat anak.
Mengurangi waktu tidur juga dapat mengganggu kemampuan siswa untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama, serta mengingat apa yang mereka pelajari di kelas.
Menurut sebuah penelitian lainnya dalam jurnal Child Development, anak-anak yang kurang tidur lebih mungkin mengalami kesulitan dengan kreativitas verbal, pemecahan masalah, dan masalah perilaku.
Apa kata dokter tentang hal ini?
Sebuah penelitian mengungkap bahwa kurang tidur pada anak dan remaja bisa menyebabkan berbagai masalah.
"Bukti jelas meningkat baik dalam hal memahami dampak kurang tidur kronis terhadap kesehatan, keselamatan, dan kinerja remaja, dan ada juga data kuat yang mendukung bahwa menunda waktu masuk sekolah adalah intervensi yang sangat penting. Ini dapat mengurangi dampak kurang tidur," ujar Dr. Judith Owens, direktur pengobatan tidur di Children's National Medical Center dan penulis utama laporan tersebut, dikutip laman Time.
Penelitian dari para psikolog dan pihak lainnya juga menunjukkan bahwa waktu masuk sekolah yang lebih siang berkorelasi dengan durasi tidur yang lebih lama. Dalam jangka panjang, hal ini berpengaruh positif bagi performa akademik dan kesehatan mental anak.
Menurut American Academy of Sleep Medicine, anak remaja berusia antara 13 hingga 18 tahun seharusnya tidur selama 8 hingga 10 jam per hari. Namun, hanya sedikit dari mereka yang mencapai durasi tidur tersebut.
Selama masa pubertas, remaja mengalami pergeseran pada jam biologis (circadian clock) yang menyebabkan mereka lebih sulit untuk tidur lebih awal di malam hari.
Pentingnya cukup tidur bagi guru dan orang tua
Ilustrasi anak tidur/Foto: Getty Images/Kenishirotie
Bukan hanya berdampak bagi siswa, pergeseran jam masuk sekolah juga berpengaruh bagi waktu istirahat guru dan orang tua.
Misalnya siswa masuk jam 6 pagi, maka guru dan orang tua juga harus bangun lebih pagi dan menyiapkan segala sesuatunya. Hal ini kemudian berpengaruh pula bagi kesehatan mental.
Dikutip dari laman American Psychological Association (APA), mengundur waktu masuk sekolah juga memberikan manfaat tidur tambahan bagi para guru dan orang tua.
Bukan hanya siswa yang mendapat manfaat dari tidur lebih lama. Dalam studi oleh Lisa Meltzer, PhD, dan Kyla Wahlstrom, PhD, di jurnal Sleep Health menemukan bahwa setelah diberlakukannya jadwal masuk sekolah yang lebih siang, durasi tidur orang tua ikut tercukupi.
Di sisi lain, studi dalam Journal of School Health melaporkan waktu istirahat yang cukup bagi para guru memberi peningkatan fungsi kognitif yang lebih baik di siang hari.
Disebutkan perubahan ini sangat memengaruhi keseharian guru secara positif, memungkinkan mereka untuk beraktivitas dengan lebih efektif.
Menurut profesor psikologi sekolah di University of Arizona, Michelle Perfect, PhD, temuan ini sangat penting, mengingat banyak guru melaporkan bahwa mereka merasa sangat stres dan kurang istirahat akibat jam masuk sekolah yang tidak efisien.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dimulai pada 08.30 pagi atau setelahnya. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan waktu tidur yang dibutuhkan.
Demikian ulasan tentang serba-serbi kebijakan sekolah jam 6 pagi yang disebut bisa membahayakan kesehatan anak. Sambil menunggu keputusan lebih lanjut, jangan lupa untuk lebih memperhatikan jam istirahat Si Kecil ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)