Kisah Stephanie Case, Bunda Juara 1 Lomba Lari 100 Km Sambil Menyusui

21 hours ago 6

Jakarta -

Kisah heroik perempuan dalam memperjuangkan menyusui bayinya memang sangat menginspirasi para Bunda menyusui di luar sana. Salah satunya berasal dari kisah Stephanie Case, Bunda juara 1 lomba lari 100 km sambil menyusui.

Menjadi atlet lari, Stephanie Case yang berstatus sebagai Bunda menyusui ternyata tak pernah melupakan kewajibannya dalam mengASIhi anaknya. Dalam kesibukannya mengikuti lomba ultramarathon, Stephanie menunjukkan scene menakjubkan dengan tetap menyusui putrinya di tengah-tengah pertandingan larinya.

Seperti yang terlihat dalam foto-foto dirinya yang sempat viral, Stephanie Case tampak duduk di sepanjang jalur lomba dan kemudian menyusui putrinya yang berusia enam bulan. Case tidak hanya menyelesaikan lomba, tetapi ia juga berada di posisi pertama di antara para kompetitor lainnya.

"Wah, itu mengejutkan," tulis Case di Instagram sambil mengunggah foto dirinya sedang menyusui putrinya sambil mengenakan nomor dada dan perlengkapan larinya. "Saya menang?!?"

Case sendiri tak menyangka atas kemenangannya tersebut dalam lomba The Ultra-Trail Snowdonia race di Wales Utara. Setelah tiga tahun absen dari kompetisi, Case senang bisa berlari kembali. Bahagianya lagi, ia pun akhirnya sukses memiliki seorang putri, setelah perjalanan panjangnya usai dua kali mengalami keguguran, seperti dikutip dari laman Npr.

"Saya rasa tanggapannya sangat positif," kata Case yang berusia 42 tahun tersebut.

Case mengatakan bahwa foto-foto yang ia bagikan menunjukkan bahwa seorang atlet juga bisa menjadi seorang ibu. Dan, hal-hal tersebut sebenarnya tidak saling bersaing.

"Kita tidak harus kehilangan diri kita sendiri untuk menjadi seorang ibu dan kita dapat terus menetapkan tujuan-tujuan besar untuk diri kita sendiri," katanya.

Case menambahkan, hal tersebut juga tidak hanya terjadi dalam perlombaan saja. "Dalam pelatihan, saya perlu memastikan juga bahwa pasokan ASI saya tidak terpengaruh. Dan itu tidak mudah. Saya merasa seperti makan sepanjang waktu, tetapi menjadi seorang ibu telah membuat saya jauh lebih efisien dalam pelatihan dan strategi pengisian bahan bakar saya," ungkapnya.

Case mengatakan, kesuksesan dalam perannya tersebut tak terlepas dari peran pelatihnya, Dr Megan Roche, yang membantu mengasah strategi yang dijalankannya.

"Selama perlombaan, saya mengonsumsi sekitar 80 hingga 100 gram karbohidrat per jam. Dan, saya terus melakukannya hingga sekitar 65K, lalu saya harus mundur sedikit karena saya mulai merasa mual. Lalu, saya tingkatkan lagi dan selesai di 95K."

Perihal lomba yang baru saja dijalaninya, Case mengutarakan bahwa medannya di lintasan Snowdonia yang menurut penyelenggara memiliki ketinggian 6.500 meter (21.325 kaki) cukup menantang. Pelari dalam hal ini harus melintasi Snowdon, gunung tertinggi di Wales, dan melewati medan yang terjal, dari padang berawa hingga punggung bukit terjal dan serpihan keras.

"Ini bukan seperti yang kalian bayangkan sebagai lomba lari biasa," kata Case. Di beberapa bagian, tambahnya, hampir seperti memanjat dengan menaiki semacam dinding batu vertikal.

Bersyukur, Case bisa melewati semua medan tersebut dengan mulus. Case menyelesaikan lomba dengan waktu tempuh hanya 16 jam 53 menit. Namun, awalnya dia tidak tahu di mana dia berada dalam perlombaan. Karena, Case tidak berkompetisi dalam beberapa tahun terakhir.

Saat kompetisi tersebut, Case tidak berlari dengan kelompok utama pelari perempuan. Ia memulai 30 menit kemudian dan tidak mengetahui kecepatan dari para kompetitor.

Rekan Case yang membawa putrinya, Pepper, ke pos pemeriksaan. Ia mendapatkan izin khusus untuk bertemu di 50 kilometer, degan ketentuan bahwa dia tidak dapat menerima bantuan selama pemberhentian.

Barulah setelah petugas perlombaan mengonfirmasi waktu yang dicatat oleh chip pelacaknya, hasil yang sangat tidak terduga muncul, Bunda. Seorang ibu yang berhenti untuk menyusui bayinya di sepanjang jalur yang melelahkan, berada di posisi pertama di antara lebih dari 60 pelari perempuan yang menyelesaikan lomba. 

Tentu saja, hal tersebut menjadi pencapaian luar biasa bagi Case setelah melahirkan bayinya enam bulan lalu dan memasuki kehidupan yang luar biasa. Ia membuktikan bahwa perlombaan dengan statusnya sebagai ibu tak menjadi sesuatu kendala yang dapat mengalahkan peran ibu baru.

"Responsnya sangat positif, tetapi ada juga yang negatif,"katanya seperti dikutip dari laman The Guardian.

Sebagian dari mereka, kata Case, adalah misoginis, tetapi yang lainnya merupakan ibu-ibu yang kelelahan yang melihat cerita ini dan berpikir, ya Tuhan, saya tidak akan pernah bisa melakukan itu. Sekarang, ada lebih banyak tekanan pada kami untuk bisa punya bayi, bekerja, ikut lomba, dan sekarang menyusui selama lomba.

"Saya tidak ingin ada yang merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena cerita seperti ini. Saya cukup terbuka tentang betapa sulitnya dan seberapa banyak dukungan yang saya dapatkan, dan bagian-bagian yang sulit darinya. Pada jarak 95 km saya sudah selesai, saya muntah-muntah. Saya berlari dengan alat bantu di dalam tubuh. Tidak semuanya indah dan banyak hal yang harus berjalan bersama agar hal seperti itu bisa terjadi."

Wow, sangat mengagumkan ya, Bunda, prestasi yang dituai Case. Ia membuktikan bahwa menyusui tak menjadi penghalang seorang atlet terus berlaga dan mencipta prestasi.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online