Jakarta, Pintu News – Pasar Bitcoin kembali menarik perhatian setelah berhasil menembus rekor harga tertinggi sebelumnya yakni di level $111.000, menandai momen penting bagi para investor dan analis crypto.
Di tengah optimisme yang mulai tumbuh, berbagai proyeksi berani mulai bermunculan, salah satunya dari Standard Chartered yang memprediksi Bitcoin bisa mencapai $200.000 atau setara dengan Rp3.259.770.000 ($1 = Rp16.298) pada 2025 dan bahkan $500.000 (Rp8.149.425.000) pada 2028.
Namun, meski lonjakan harga sudah terjadi, para ahli seperti Nic Puckrin dari The Coin Bureau menilai bahwa euforia sesungguhnya belum dimulai.
Harga Bitcoin Turun 1,01% dalam Waktu 24 Jam

Baca juga: Bitcoin Cetak All-Time High Baru $111.880 di Pizza Day — Ini yang akan Terjadi Selanjutnya!
Pada 23 Mei 2025, harga Bitcoin tercatat berada di level $110,616 atau setara dengan Rp1.802.394.423, mengalami koreksi 1,01% dalam 24 jam terakhir. Sepanjang periode ini, BTC sempat menyentuh level terendahnya di Rp1.800.187.253, dan harga tertingginya di Rp1.823.882.305.
Dilansir dari CoinMarketCap, kini kapitalisasi pasar Bitcoin berada di sekitar $2.19 triliun, dengan volume perdagangan dalam 24 jam terakhir yang turun 30% menjadi $62.11 miliar.
Standard Chartered Prediksikan Harga Bitcoin Capai $200.000
Standard Chartered Bank kembali menegaskan pandangan optimisnya terhadap Bitcoin dengan memproyeksikan harga cryptocurrency ini akan mencapai $200.000 pada akhir tahun 2025, dan berpotensi melonjak hingga $500.000 pada tahun 2028.
Proyeksi ini didukung oleh meningkatnya minat dari institusi dan pemerintah terhadap Bitcoin, khususnya melalui investasi tidak langsung pada perusahaan seperti MicroStrategy yang memiliki cadangan Bitcoin besar.
“Perkiraan resmi saya untuk Bitcoin adalah $120.000 pada akhir kuartal kedua, $200.000 pada akhir 2025, dan $500.000 pada akhir 2028 — semua ini sangat memungkinkan,” ujar Kendrick.
Geoff Kendrick, Kepala Global Penelitian Aset Digital Standard Chartered, menyoroti bahwa pengajuan terbaru kepada Securities and Exchange Commission (SEC) AS menunjukkan peningkatan signifikan dalam kepemilikan entitas pemerintah terhadap aset proxy Bitcoin.
ETF Bitcoin Spot AS Catat Arus Masuk $7,2 Miliar
Pada kuartal pertama, 12 institusi terkait pemerintah, termasuk dana pensiun negara bagian AS dan bank sentral asing, meningkatkan kepemilikan mereka di MicroStrategy, yang setara dengan sekitar 31.000 Bitcoin dalam bentuk saham.
Bank ini juga mencatat perubahan pola investasi yang mencolok, di mana dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin mengalami arus masuk dana yang besar.
Baca juga: BTC Menguat, Harga Bitcoin Diramal akan Mencapai $600.000 pada Oktober 2025
Dalam lima minggu terakhir, ETF spot Bitcoin di AS mencatat arus masuk bersih sebesar $7,2 miliar, sementara ETF emas mengalami arus keluar sebesar $3,6 miliar selama periode yang sama. Tren ini mengindikasikan meningkatnya preferensi investor terhadap Bitcoin sebagai aset safe-haven dibandingkan opsi tradisional seperti emas.

“Rotasi aset safe haven dalam ETF terus berlanjut, dan sejak 22 April, harga emas tertinggi menyebabkan ETF emas mengalami penarikan dana sebesar $3,6 miliar, sementara ETF BTC bertambah $7,5 miliar,” tambah Kendrick.
“Data 13F terbaru menunjukkan perluasan pembelian proxy BTC oleh pemerintah, dan ini kemungkinan berlanjut pada kuartal kedua.”
Institusi Pemerintah Semakin Terjun ke Bitcoin
Lebih lanjut, Kendrick mencatat bahwa investasi ini sering kali dipicu oleh kendala regulasi yang melarang kepemilikan Bitcoin secara langsung, sehingga entitas terkait mencari cara alternatif untuk mendapatkan eksposur terhadap Bitcoin.
Ia mengamati bahwa beberapa institusi terkait pemerintah semakin meningkatkan eksposur mereka terhadap Bitcoin melalui jalur tidak langsung, seperti investasi pada perusahaan yang memiliki cadangan Bitcoin besar. Tren ini kemungkinan dipengaruhi oleh pembatasan regulasi yang membatasi kepemilikan langsung Bitcoin oleh entitas tersebut.
Selain itu, Kendrick menekankan adanya korelasi antara kinerja Bitcoin dengan faktor makroekonomi, terutama premi jangka waktu Surat Utang Amerika Serikat (US Treasury term premium).
Ia menjelaskan bahwa premi jangka waktu yang tinggi, yang dipengaruhi oleh faktor seperti melemahnya obligasi pemerintah Jepang (JGB), menjadi salah satu alasan Bitcoin semakin menarik di tengah risiko yang dihadapi sektor keuangan tradisional.
Di samping target harga $200.000 untuk tahun 2025, Standard Chartered juga memproyeksikan secara jangka panjang bahwa Bitcoin dapat mencapai $500.000 pada tahun 2028. Pandangan ini didukung oleh perkiraan kelanjutan perkembangan regulasi yang menguntungkan serta meningkatnya adopsi oleh institusi.
Bitcoin Melonjak —Tapi Euforia Sejati Belum Dimulai
Nic Puckrin, analis crypto, investor, dan pendiri The Coin Bureau, mengatakan kepada laman BeInCrypto:
“Setelah berbulan-bulan berjuang, Bitcoin akhirnya berhasil menembus rekor tertinggi sebelumnya, dan yang membuatnya makin istimewa adalah penutupan harga tadi malam berada di atas level tersebut.”
Baca juga: Tinggalkan Emas, Kini Bitcoin (BTC) Jadi Aset Pilihan di Amerika!
Menurut Puckrin, breakout ini menandai perubahan signifikan dalam sentimen dan kekuatan pasar.
“Dan kali ini, benar-benar berbeda — reli ini terlihat jauh lebih berkelanjutan dibandingkan dengan yang kita lihat di bulan Januari, yang sebagian besar didorong oleh harapan yang tidak realistis tentang dampak kepresidenan Trump terhadap pasar aset digital.”

Dengan Bitcoin kini memasuki wilayah harga yang belum pernah dijelajahi, ia yakin kenaikan lebih lanjut bisa terjadi dengan cepat.
“Saat ini kita sedang dalam fase penemuan harga, dan kita bisa melihat pergerakan naik yang relatif cepat menuju $120.000, meskipun kemungkinan akan ada sedikit resistensi di sekitar $115.000 karena para trader mengambil keuntungan. Namun untuk jangka panjang, saya yakin tidak ada yang menganggap Bitcoin sudah mencapai puncaknya di siklus ini, dengan $150.000 masih menjadi prediksi dasar saya.”
Puckrin mendasarkan pandangannya bukan hanya dari pergerakan harga, tetapi juga dari indikator-indikator luas yang menunjukkan belum adanya demam pasar ritel—setidaknya untuk saat ini.
“Ada beberapa alasan yang membuat saya berpikir demikian. Arus dana ETF, volatilitas tersirat dari opsi Bitcoin, serta tren pencarian Google masih relatif tenang dibandingkan saat BTC pertama kali menembus angka $100.000, yang menunjukkan bahwa euforia belum terjadi. Akan ada gejolak ketika kita melewati angka $120.000, tapi masih ada ruang bagi BTC untuk naik lebih tinggi.”
Ia juga menyoroti kondisi makroekonomi, dengan likuiditas global sebagai salah satu faktor pendorong utama.
Itu dia informasi terkini seputar crypto. Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro. Telah hadir juga fitur Pintu Pro Futures, dimana kamu bisa beli bitcoin leverage, trading btc futures, eth futures hingga sol futures secara mudah dari desktop kamu!
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
- BeInCrypto. Bitcoin Targets $200,000 by Q4, Standard Chartered Predicts | US Crypto News. Diakses pada 23 Mei 2025