TNI Bantah Tembak Seorang Ibu di Intan Jaya, Kapendam: Penyebab Meninggal Belum Diketahui

1 day ago 12

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) membantah telah melakukan penembakan yang menewaskan seorang ibu bernama Hetina Mirip di Intan Jaya, Papua Tengah. Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan mengatakan, penyebab meninggalnya korban hingga kini belum diketahui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, jasad korban ditemukan dalam keadaan meninggal oleh masyarakat pada 16 Mei 2025. Dia berujar, Hetina Mirip ditemukan dalam keadaan terkubur di kampung Ndugusiga.

"Penyebab meninggalnya belum diketahui," kata Candra dalam keterangannya pada Senin, 26 Mei 2025.

Dia juga membantah tudingan yang menyebutkan aparat militer membakar jasad Hetina Mirip. Menurut informasi yang didapat, ujar Candra, jenazah korban telah dilakukan prosesi adat pembakaran pasca ditemukan meninggal.

"Jadi bukan dibakar oleh aparat TNI, tidak benar," ujarnya.

Candra mengatakan, kehadiran prajurit militer di tanah Papua untuk melindungi dan melayani masyarakat. Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan kabar hoaks yang sengaja disebar untuk menakut-nakuti masyarakat.

Sekretariat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Papua menyatakan telah memverifikasi laporan ihwal dugaan penembakan dan pembakaran yang dilakukan terhadap seorang ibu di Kampung Jaindapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Kepala Sekretariat Komnas HAM Papua Frits Ramandey mengatakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari mitra di lapangan, perempuan atas nama Hetina Murip merupakan korban penembakan saat terjadi operasi militer yang dilakukan Satuan Tugas Habema, Rabu, 14 Mei lalu.

"Siapa yang menembak, kami masih memverifikasi laporan-laporan yang kami peroleh dari mitra di lapangan," kata Frits saat dihubungi pada Ahad, 25 Mei 2025.

Dia menjelaskan, berdasarkan tradisi suku Migani atau mereka yang mendiami tanah di Intan Jaya, perempuan dilarang keras jadi korban kekerasan, apalagi menjadi korban tewas akibat penembakan dari konflik bersenjata yang terjadi.

Syahdan, mengenai pembakaran jenazah Hetina, Frits mengatakan, itu merupakan tradisi masyarakat sekitar. "Masyarakat membakar jenazah yang bersangkutan setelah menemukan korban yang dibunuh dan dipulasara secara tidak manusiawi," ujar dia.

Sebelumnya, Tempo memperoleh pesan siaran dari seorang yang mengaku sebagai anak Hetina Mirip. Dalam pesan itu, ia meminta Presiden Prabowo Subianto untuk membuka mata dan nurani terhadap konflik bersenjata di Papua yang terus memakan korban sipil.

Dalam operasi militer Satgas Habema, dia menyebut, Hetina hanyalah seorang ibu rumah tangga yang mengurusi dapur, bukan bagian dari kelompok bersenjata. 

"Tetapi, kami terus disayat oleh negara sendiri. Apa arti nasionalisme kalau kemudian membunuh warga sendiri atas nama stabilitas?" kata Antonia Hilaria Wandegau, penulis surat tersebut.

Eka Yudha Saputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online