Jakarta -
Mengompol pada anak adalah hal yang cukup sering ditemui, terutama di usia balita. Namun, jika kebiasaan ini terus berlanjut hingga mereka besar, Bunda dan Ayah perlu memeriksakannya ke dokter.
Sebagai bagian dari proses tumbuh kembang, kemampuan anak untuk mengontrol buang air kecil sebenarnya terbentuk secara bertahap. Di usia dini, anak belum memiliki kesadaran penuh terhadap kebutuhan buang air kecil, sehingga mereka perlu dibantu dengan toilet training.
Biasanya, kontrol buang air kecil saat bangun tidur lebih dulu terbentuk, setelahnya kontrol saat tidur malam pun mulai terbentuk.
Namun, jika anak masih sering mengompol di malam hari setelah melewati usia lima tahun, mereka mungkin mengalami kondisi enuresis nokturnal.
Pengertian enuresis nokturnal
Enuresis adalah kondisi di mana pada saat tidur, terutama di malam hari, anak akan mengompol tanpa disadari. Perlu disadari bahwa untuk mencapai kemampuan menahan tidak mengompol, anak akan melewati beberapa fase.
Awalnya, anak akan mengompol di pagi maupun siang hari karena tidak menyadarinya. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai bisa mengontrol kemihnya pada siang hari atau pada saat dia bangun.
Proses ini bisa dibantu dengan toilet training, Bunda. Karena itu, biasanya anak-anak dianjurkan mulai melakukan toilet training di usia dua tahun.
Sementara itu, kemampuan seorang anak untuk tidak mengompol di malam hari atau pada saat tidur itu akan muncul belakangan. Waktunya pun berbeda-beda, mulai dari usia dua tahun atau tiga tahun.
Namun, batas usia anak dianggap mampu memiliki kemampuan untuk tidak mengompol adalah usia lima tahun, Bunda. Ketika di usia ini mereka masih mengompol di malam hari, mereka dianggap mengalami masalah enuresis.
Penyebab enuresis nokturnal
Ada beberapa hal yang dianggap menjadi faktor utama penyebab enuresis nokturnal ini, Bunda. Berikut ini deretannya:
1. Kurangnya produksi hormon antidiuretik
Kurangnya produksi hormon antidiuretik, menjadi salah satu faktor utama anak mengompol di malam hari. Ini merupakan hormon yang menyebabkan produksi urine di malam hari menjadi lebih sedikit dibandingkan saat anak terjaga.
Kondisi ini menjadi kontributor utama anak masih mengompol di malam hari. Angkanya bahkan mencapai 75 persen, Bunda.
2. Kapasitas kantong kencing yang kecil
Tidur di malam hari memerlukan waktu yang lebih lama daripada tidur siang, yakni sekitar tujuh atau delapan jam. Jika kantong kencingnya kecil, maka akan menyebabkan proses mengompol di malam hari.
3. Kedalaman tidur
Kedalaman tidur anak juga menjadi salah satu faktor enuresis nokturnal. Biasanya, dalam kondisi ini Si Kecil akan sangat sulit dibangunkan.
Jenis-jenis enuresis nokturnal
Enuresis nokturnal sendiri dibagi menjadi dua jenis. Berikut ini ulasannya:
- Enuresis monosymptomatic, yakni kondisi anak mengompol hanya saat tidur dan tidak mengompol saat terjaga.
- Enuresis non-monosymptomatic, yakni kondisi anak mengompol saat tidak tidur ataupun tidak mengompol namun memiliki keluhan berkemih yang lain.
Tanda-tanda enuresis anak yang perlu diwaspadai
Hal pertama yang perlu diwaspadai pada kondisi enuresis pada anak adalah ketika frekuensi mengompolnya cukup sering. Misalnya dalam waktu satu minggu, kondisi mengompol hampir setiap malam terjadi.
Perlu diwaspadai juga ketika anak mengalami enuresis non-monosymptomatic. Jadi, anak tidak hanya mengalami masalah mengompol, namun juga masalah berkemih di siang hari.
Tata laksana enuresis pada anak
Biasanya, dokter akan melakukan evaluasi atau semacam pengisian diary, Bunda. Di mana, ketika anak minum dan berkemih mulai dari bangun tidur hingga esok harinya, Bunda perlu mencatat jumlah serta frekuensinya.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui seperti apa frekuensi berkemih anak terganggu atau tidak, volume urine cukup, kurang, atau berlebih, serta frekuensi mengompol di malam hari dalam satu minggu.
Risiko enuresis pada anak jika dibiarkan
Ketika enuresis pada anak dibiarkan, mereka akan menjadi lebih sulit merespons terhadap terapi yang diberikan kelak. Tidak hanya itu, Si Kecil mungkin juga akan mengalami masalah pada psikologis serta aspek sosialnya.
Ketika seorang anak, terlebih yang sudah mulai berinteraksi dengan teman-temannya, melakukan suatu acara yang mengharuskan mereka menginap di rumah temannya ataupun di sekolah, tentu anak akan mengalami rasa was-was. Hal ini juga akan berdampak pada kepercayaan dirinya.
Ada baiknya segera mencari bantuan ahli untuk mengatasi enuresis ini. Bawa Si Kecil memeriksakan diri ke dokter sehingga bisa cepat ditangani sesuai dengan kondisinya.
Jika dibiarkan terlalu lama bahkan sampai mereka berada di jenjang SD atau SMP, kondisinya justru akan semakin sulit disembuhkan.
Pencegahan enuresis pada anak
Salah satu cara pencegahan yang bisa Bunda lakukan adalah dengan memberikan terapi alarm. Ini merupakan terapi di mana ketika celana dalam Si Kecil basah, alarm akan berbunyi sehingga mereka akan menyadarinya secara mandiri.
Cara ini juga bisa membiasakan anak untuk mengetahui sensasi kantong kencing yang penuh ketika mereka tertidur. Dengan begitu, anak akan terhindar dari mengompol.
Selain terapi alarm, Bunda juga bisa memberikan nasihat-nasihat kepada Si Kecil. Misalnya dengan tidak mengkonsumsi air terlalu banyak di malam hari, dan sebagainya.
Demikian ulasan mengenai ngompol pada anak. Simak tanda-tanda anak perlu dibawa ke dokter, dan kenali penyebab anak ngompol terus-menerus.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)