Jakarta -
Pendidikan kesehatan reproduksi perlu dikenalkan ke anak sejak usia dini, Bunda. Hal ini penting agar anak terhindar dari misinformasi terkait kesehatan reproduksi yang mengarah pada perilaku tidak diinginkan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan reproduksi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya.
Lantas, di usia berapa anak bisa mulai dikenalkan dengan kesehatan reproduksi?
Usia anak bisa dikenalkan kesehatan reproduksi
Dilansir laman About Kids Health, anak-anak sudah bisa dikenalkan dengan organ reproduksinya sejak usia balita atau 13 hingga 24 bulan. Setidaknya di kisaran usia ini, Si Kecil harus dapat menyebutkan semua bagian tubuh, termasuk alat kelaminnya.
"Pada tahap ini, yang terpenting adalah membantu mereka memahami anatomi tubuh, batasan, dan apa arti persetujuan," kata advokat literasi seksual di Amerika Serikat, Rosalia Rivera, dikutip dari Parents.
Memasuki usia dua tahun, kebanyakan anak sudah bisa mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Bunda bisa dengan mudah menjelaskan identitas gender ke anak di usia ini.
Sementara pada anak yang sudah memasuki usia prasekolah (2-4 tahun), mereka sudah bisa dikenalkan tentang pemahaman dasar dari sistem reproduksi, seperti sperma, sel telur, dan bagaimana bayi tumbuh di dalam rahim ibunya.
Perlu diketahui, salah satu komponen penting dalam kesehatan reproduksi adalah pendidikan seks. Jadi, ketika menjelaskan tentang kesehatan reproduksi, Bunda mau tak mau perlu memaparkan tentang pendidikan seks ke Si Kecil.
Cara edukasi kesehatan reproduksi ke anak
Dikutip dari dari akun Instagram Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN, @kemendukbangga_bkkbn, berikut beberapa hal yang perlu Bunda ajarkan ke anak terkait kesehatan reproduksinya:
- Ajari Si Kecil untuk mengetahui bagian-bagian tubuhnya, termasuk bagian reproduksinya.
- Ajari anak untuk merawat dan menjaga kebersihan tubuhnya. Misalnya, ajarkan anak membersihkan tubuhnya sendiri, bukan orang lain.
- Ajari anak untuk membedakan jenis kelamin, bahwa organ reproduksi laki-laki dan perempuan berbeda jenis dan fungsinya.
- Ajari anak untuk menolak, menghindar, dan melapor apabila ada orang lain yang memaksa menyentuh organ intimnya.
- Ajari Si Kecil tentang bagian mana dari tubuhnya yang boleh disentuh orang lain dan siapa saja yang boleh menyentuhnya.
- Ajari anak untuk melindungi diri dan minta ia untuk menyampaikan secara langsung perasaan tidak nyaman atas sakit karena perlakukan orang lain.
Menurut ulasan di Modul Kesehatan Reproduksi Anak Usia Dini dari BKKBN, hal pertama yang perlu orang tua lakukan sebelum menjelaskan kesehatan reproduksi ke anak adalah tidak boleh menganggap tabu topik ini. Setelah itu, Bunda dan Ayah perlu memahami tentang hak-hak reproduksi, serta alat dan fungsi reproduksi itu sendiri.
Nah, saat mengedukasi anak soal kesehatan reproduksi, ada do's and don'ts yang Bunda dan Ayah perlu ingat, yakni:
1. Hindari penggunaan istilah lain tentang organ intim
Bunda perlu menghindari penggunaan istilah lain dari organ intim, seperti 'burung' untuk penis atau 'dompet' untuk vagina. Pemahaman seperti ini bisa bikin anak bingung tentang konsep dari kesehatan reproduksi.
Nah, bila bingung bagaimana mengenalkan istilah yang sebenarnya, Bunda bisa melakukannya saat memandikan atau memakaikan pakaian anak. Cobalah untuk mengenalkan nama-nama organ intim saat melakukan aktivitas yang relevan.
2. Memahami cara berpikir anak dan menetapkan batasan
Balita harus tahu bahwa tubuh mereka bersifat pribadi, maka adalah normal bagi mereka untuk mengeksplorasi tubuh sendiri, termasuk menyentuh alat kelamin. Namun, mereka harus mengerti kapan dan di mana hal itu boleh dilakukan atau kapan waktu yang tepat untuk bertelanjang.
Catat ya, saat memberikan topik tentang kesehatan reproduksi, Bunda juga perlu menggunakan bahasa yang sederhana dan sesuai usia anak. Hindari memberikan informasi yang terlalu kompleks di usia dini.
3. Membuat cerita yang relevan tentang terjadinya kehamilan
Untuk mengenalkan pemahaman dasar seperti kehamilan, Bunda bisa menceritakan kisah kelahiran anak dan memberi tahu mereka bahwa kehamilan bukanlah satu-satunya cara terbentuknya keluarga.
Jangan berpikir Bunda harus membahas semuanya sekaligus. Anak-anak yang lebih kecil lebih tertarik pada kehamilan dan bayi, daripada hal yang berhubungan dengan seks.
4. Biasakan perilaku untuk meminta izin sebelum menyentuh orang lain
Pada usia prasekolah, anak-anak harus belajar untuk meminta izin sebelum menyentuh orang lain (misalnya, memeluk atau menggelitik). Bunda juga perlu mengajarkan tentang batasan, seperti menghormati isyarat dari orang bila ingin diberi jarak.
5. Mengajarkan cara menjaga kebersihan organ reproduksi
Bagian terpenting dari kesehatan reproduksi adalah menjaga kebersihan organ intim. Hal ini sudah bisa Bunda jelaskan ke anak masuk sekolah atau prasekolah.
Pada anak perempuan, Bunda bisa jelaskan tentang cara membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang menggunakan air bersih dan keringkan degan handuk atau tisu. Pada anak laki-laki, terutama yang belum disunat, Bunda bisa minta anak untuk menarik kulit luar ujung penis dan bersihkan setelah buang air kecil. Pada anak yang sudah disunat, alat kelamin bisa dibersihkan seperti biasa.
Selain menjelaskan, Bunda bisa menggunakan media visual, seperti buku dan animasi edukatif untuk mengenalkan konsep reproduksi ini
Ketika anak sudah memasuki usia yang lebih besar, Bunda dan Ayah sebaiknya melakukan kunjungan ke dokter. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), kunjungan awal kesehatan reproduksi harus dilakukan antara usia 13 sampai 15 tahun.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/fir)