Jakarta -
Egg freezing merupakan proses membekukan sel telur untuk disimpan sampai waktu tertentu ketika perempuan siap hamil atau berencana memiliki keturunan. Di Indonesia, prosedur egg freezing sudah bisa ditemukan di rumah sakit dan klinik kesuburan, Bunda.
Beberapa seleb Tanah Air memutuskan untuk memilih egg freezing agar kelak bisa hamil. Salah satunya adalah aktris Luna Maya. Pada awal 2022, perempuan 41 tahun ini pernah mengungkap hal tersebut ke publik.
Prosedur egg freezing atau pembekuan sel telur kini memang banyak diminati oleh perempuan yang belum berencana menikah atau memiliki anak. Terkadang, usia menjadi faktor yang melatarbelakangi mereka untuk melakukan egg freezing.
Lantas, adakah dampak melakukan egg freezing di atas usia 35 tahun? Simak penjelasan dari dokter berikut ini ya, Bunda!
Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG (K) FER, M.Sc, egg freezing merupakan bagian dari proses bayi tabung. Nantinya, sel telur yang telah dibekukan akan dipertemukan dengan sel sperma di luar tubuh untuk mendapatkan embrio yang ditanam di dalam rahim perempuan.
"Nah, sel sperma dan sel telur ini bisa kita bekukan, bisa kita simpan dulu atau freezing. Jadi enggak hanya egg freezing, sel sperma juga bisa dibekukan. Ketika sudah dibekukan, nanti ketika si ibu ingin hamil dan dia sudah punya pasangan, sel telur yang sudah dibekukan itu nanti 'dicairkan' atau istilahnya thawing atau seperti es yang dicairkan," kata Yassin saat dihubungi HaiBunda, belum lama ini.
"Lalu, sel telur dipertemukan dengan sperma dalam proses fertilisasi in vitro atau bayi tabung," sambungnya.
Yassin mengatakan bahwa egg freezing-nya dikembangkan untuk dua indikasinya, yakni indikasi medis dan indikasi sosial. Indikasi medis dipersiapkan bagi perempuan yang mengalami kondisi tertentu, seperti kanker yang mengharuskan kemoterapi. Sementara itu, indikasi sosial dilakukan pada mereka yang ingin menyimpan sel telur agar kelak bisa hamil.
"Pada indikasi medis tersebut, egg freezing dilakukan sebelum menjalani terapi yang berisiko mematikan sel-sel telur di dalam tubuhnya. Itu adalah bagian dari preservasi kesuburan atau fertility preservation. Preservasi kesuburan ada dua, bisa sel telurnya diambil atau jaringan ovariumnya diambil, disimpan, lalu ditransplantasi," ungkap Yassin.
"Nah, dengan teknologi yang semakin maju, egg freezing sekarang digunakan untuk indikasi sosial. Hal ini sudah banyak dilakukan di luar negeri karena faktor gaya hidup. Mereka banyak yang mengutamakan hal lain selain menikah dan punya anak. Kemudian karena khawatir, mereka merasa perlu untuk menyimpan sel telur ini," sambungnya.
Risiko egg freezing di atas usia 40 tahun
Menurut Yassin, risiko perempuan yang hamil secara alami atau melalui egg freezing di atas usia 35 tahun sama saja. Mereka dapat berisiko berisiko mengalami beberapa komplikasi terkait faktor usia.
"Ketika seorang perempuan hamil di atas usia 35 tahun, terjadi peningkatan risiko keguguran atau komplikasi pada kehamilan. Misalnya, ada risiko mengalami kehamilan dengan diabetes, darah tinggi, prematuritas, dan pertumbuhan janin terhambat," ungkap Yassin.
"Jadi memang secara umum, statistiknya begitu meningkat. Tapi bukan berarti pada orang yang usia 35 tahun ke atas atau 40 tahun itu enggak boleh hamil. Hal ini bukan menyebabkan orang enggak boleh hamil, tapi justru membuat kita menyiapkan langkah-langkah antisipasi atau persiapan prakonsepsi yang baik."
Bila Bunda ingin menjalani egg freezing dan ingin hamil di kemudian hari, maka persiapan prakonsepsi menjadi penting, terutama bila usia sudah di atas 35 tahun. Menurut Yassin, kualitas sel telur yang dibekukan saat perempuan berusia 20 tahunan akan berbeda dengan usia 40 tahunan.
"Ada dua hal yang terkait, yakni proses egg freezing atau penyimpanan sel telur itu sendiri. Kemudian, persiapan pra kehamilan, khususnya pada orang-orang usia 25-40 tahun ke atas. Jadi, semua faktor risiko harus dikontrol. Faktor risiko itu adalah berbagai macam hal yang terkait, yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi faktor untuk meningkatkan risiko terjadinya penyakit atau kondisi medis tertentu," kata Yassin.
"Perlu diketahui juga, sebenarnya egg freezing pun juga akan lebih berhasil ketika seorang perempuan usianya lebih muda. Tapi bukan berarti kita harus sudah egg freezing saat usia muda. Semua itu pilihan masing-masing."
Yassin menekankan agar setiap perempuan yang ingin menjalani egg freezing mencari tahu dulu informasi terkait prosedur ini. Bunda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter untuk memastikan segala hal yang berkaitan dengan perencanaan kehamilan melalui egg freezing.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)