Jakarta -
Kehamilan adalah masa yang penuh keajaiban. Tapi, ada kalanya muncul istilah medis yang bikin Bunda khawatir, seperti miom. Kalau Bunda sedang hamil atau berencana hamil dan belum pernah dengar soal miom atau uterine fibroids, yuk kita bahas!
Apa itu miom?
Miom atau dalam istilah medis disebut uterine fibroids adalah benjolan jinak yang tumbuh di dalam atau di sekitar rahim terutama terjadi pada perempuan berusia 30-an tahun. Bentuknya berasal dari jaringan otot rahim yang tumbuh tidak normal. Ukurannya bisa macam-macam, ada yang kecil seperti kacang tanah, ada juga yang besar seperti kayak jeruk bali.
Menurut National Institutes of Health (NIH), sekitar 70–80 persen perempuan usia subur punya miom, dan banyak yang bahkan nggak sadar karena nggak menunjukkan gejala apa-apa. Hanya antara 25 dan 50 persen orang dengan fibroid uterus yang akan mengalami gejala.
Selain itu, dikutip dari Romper, fibroid uterus memengaruhi sekitar 11 juta orang Amerika pada suatu waktu. Sebanyak 70 persen orang kulit putih dengan uterus dan 80 persen orang kulit hitam dengan uterus akan memiliki fibroid pada usia 50 tahun.
Gejalanya meliputi pendarahan hebat, nyeri panggul, kembung, infertilitas atau keguguran, masalah saat melahirkan, sering buang air kecil, sembelit, dan hubungan seks yang menyakitkan.
Faktor risiko fibroid meliputi riwayat keluarga, genetika, pola makan, obesitas, tekanan darah tinggi, stres, dan kekurangan vitamin D. Satu-satunya pengobatan definitif adalah histerektomi, meskipun ada beberapa pilihan pembedahan lain yang menjaga kesuburan.
Saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan fibroid secara permanen, tetapi obat-obatan yang lebih baru seperti Elagolix, obat endometriosis, telah terbukti dapat mengurangi gejala dan pertumbuhan. Beberapa dokter merekomendasikan kontrasepsi hormonal karena dapat mengurangi rasa sakit dan meringankan perdarahan menstruasi, gejala yang dialami oleh 30 persen perempuan usia reproduksi dengan fibroid.
Dokter sering merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti perintah yang samar dan agak menegangkan untuk 'mengurangi stres', dan membuat perubahan pada pola makan, seperti menambahkan buah dan sayuran kaya serat dan mengurangi makan daging merah.
Miom bisa tumbuh di mana saja?
Lokasi tumbuhnya miom ini penting, karena bisa memengaruhi kehamilan. Ada 4 jenis utama:
- Intramural, tumbuh di dalam dinding otot rahim. Ini yang paling sering ditemukan.
- Submukosa, tumbuh ke arah dalam rongga rahim. Yang ini sering dikaitkan dengan kesulitan hamil. Menurut studi yang dipublikasikan oleh Obstetrics & Gynecology Clinics of North America, Fibroid submukosa paling signifikan berhubungan dengan infertilitas dan keguguran. Pengangkatan fibroid tersebut (myomectomy) bisa meningkatkan kemungkinan hamil.
- Subserosa, tumbuh ke arah luar dinding rahim.
- Pedunkulata, tumbuh seperti jamur bertangkai. Bisa ke dalam atau ke luar.
Apa miom bisa mengganggu kehamilan?
Ini pertanyaan yang sering ditanya para calon Bunda. Jawabannya: bisa iya, bisa tidak. Tergantung jenis, ukuran, dan lokasi miomnya. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), kebanyakan kehamilan dengan miom berjalan lancar. Tapi ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai, terutama kalau miomnya besar atau tumbuh di dalam rongga rahim.
Berikut beberapa hal yang bisa terjadi:
1. Sulit hamil (infertilitas)
Miom, terutama yang tumbuh ke dalam rongga rahim (disebut submukosa), bisa menghalangi sel telur yang sudah dibuahi untuk menempel di dinding rahim. Ini bisa menyulitkan Bunda untuk hamil.
2. Keguguran
Miom yang tumbuh di tempat strategis bisa menyebabkan gangguan aliran darah ke janin, sehingga berisiko menyebabkan keguguran, terutama di trimester pertama. Sebuah studi menemukan bahwa miom submukosa secara signifikan meningkatkan risiko keguguran, tapi bisa diatasi dengan tindakan medis seperti myomektomi.
3. Nyeri saat hamil
Miom bisa membesar karena pengaruh hormon kehamilan, terutama estrogen. Saat tumbuh, bisa terjadi degenerasi (miom kekurangan suplai darah), dan ini bisa menimbulkan nyeri hebat di trimester kedua.
Menurut sebuah penelitian, ini adalah salah satu komplikasi paling umum dan biasanya ditangani dengan istirahat dan obat penghilang nyeri yang aman untuk ibu hamil.
4. Persalinan prematur
Miom bisa memicu kontraksi rahim sebelum waktunya. Ini membuat risiko kelahiran prematur meningkat, terutama jika ukuran miom cukup besar atau letaknya dekat dengan plasenta.
5. Pertumbuhan janin terhambat
Jika miom menekan rongga rahim, janin bisa kekurangan ruang untuk tumbuh bebas. Ini bisa menyebabkan berat badan lahir rendah atau gangguan tumbuh kembang di dalam kandungan.
6. Plasenta bermasalah
Miom yang letaknya dekat dengan plasenta bisa menyebabkan plasenta lepas lebih awal (solusio plasenta), kondisi serius yang butuh penanganan cepat.
7. Posisi janin tidak normal
Miom bisa menghalangi janin untuk berputar ke posisi ideal menjelang lahir, misalnya menyebabkan posisi sungsang. Dalam kasus seperti ini, dokter biasanya menyarankan operasi caesar.
Ilustrasi miom/ Foto: Getty Images/PonyWang
Tips aman dan nyaman menghadapi kehamilan dengan miom
Berikut ini adalah beberapa tips penting dan praktis untuk Bunda yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan dengan kondisi miom:
1. Rutin cek kehamilan
Ini yang paling utama, Bunda. Pemeriksaan ke dokter kandungan secara rutin sangat penting untuk memantau:
- Ukuran dan lokasi miom
- Pertumbuhan janin
- Posisi plasenta dan air ketuban
2. Jaga pola makan sehat
Miom suka 'dipicu' oleh hormon estrogen, dan makanan berlemak bisa memperburuknya.
Tips makan sehat:
- Perbanyak sayur dan buah (khususnya hijau gelap & yang kaya serat)
- Kurangi daging merah (sapi, kambing) dan makanan olahan
- Pilih protein sehat seperti ikan, tahu, tempe
- Minum air putih cukup, yaa
3. Kelola stres
Stres bisa memicu kontraksi dini, memperparah nyeri, bahkan memengaruhi perkembangan janin.
Coba lakukan:
- Relaksasi ringan seperti napas dalam atau yoga hamil
- Dengarkan murotal Al Quran
- Cerita ke pasangan atau sahabat, jangan dipendam sendiri ya, Bunda
4. Tetap aktif, tapi jangan berlebihan
Bergerak ringan seperti jalan kaki setiap hari bisa bantu sirkulasi darah dan cegah sembelit. Tapi hindari olahraga berat atau lompat-lompatan, apalagi kalau dokter sudah menyarankan istirahat lebih banyak.
5. Perhatikan posisi tidur
Tidur miring ke kiri bantu aliran darah ke janin dan rahim, terutama kalau miomnya besar. Gunakan bantal hamil untuk dukungan ekstra.
6. Kenali tanda bahaya
Segera ke dokter kalau Bunda mengalami:
- Nyeri perut hebat yang tiba-tiba
- Perdarahan dari jalan lahir
- Kontraksi sebelum waktunya
- Gerakan janin berkurang
- Pusing atau lemas ekstrem
7. Cari informasi dari sumber terpercaya
Jangan mudah panik baca info dari internet, ya Bunda. Pastikan informasi berasal dari dokter, bidan, atau sumber medis terpercaya.
8. Terbuka dengan dokter
Jangan malu untuk bertanya. Ceritakan semua yang Bunda rasakan, sekecil apa pun. Dokter butuh tahu semua info agar bisa kasih perawatan terbaik buat Bunda dan Si Kecil.
9. Dukungan keluarga itu penting
Ajak pasangan atau keluarga untuk ikut mendampingi. Dukungan emosional itu bikin semangat dan bantu Bunda merasa lebih kuat menghadapi semuanya.
10. Percaya diri dan nikmati prosesnya
Setiap kehamilan itu unik. Meski ada miom, tubuh Bunda tahu caranya beradaptasi. Fokus pada yang bisa dikendalikan, dan jalani dengan tenang, sabar, dan penuh cinta.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)