Menguak Sejarah Singkat Hadirnya Ruang Menyusui di Kantor

2 days ago 12

Jakarta -

Keberadaan ruang menyusui di kantor menjadi area penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Ternyata, sebelum para Bunda menyusui memanfaatkan ruang menyusui, ada sejarah singkat ruang menyusui di kantor lho, Bunda.

Perempuan yang bekerja dan berstatus aktif menyusui memang memerlukan dukungan dari tempat bekerjanya untuk bisa mengASIhi dengan keberadaan ruang khusus menyusui yang nyaman. Dengan begitu, di sela-sela waktu kerjanya, mereka tetap bisa menyisihkan waktu untuk memompa ASI untuk bayinya.

Sementara, seringnya tidak semua tempat bekerja menyediakan ruang menyusui secara khusus. Sehingga, hak pekerja perempuan sebagai ibu menyusui tidak terpenuhi dengan baik. Tidak jarang, para ibu menyusui terpaksa memompa ASI di toilet ataupun ruang yang tak memadai. Hal ini tentunya turut mengganggu kenyamanan busui dan bisa berpengaruh pada pasokan ASI yang dikeluarkannya.

Menilik sejarah ruang menyusui di masa terdahulu

Banyak perempuan di seluruh dunia telah bekerja di luar rumah sepanjang sejarah. Hal yang paling umum, setelah perempuan menikah dan memiliki anak, mereka kemudian meninggalkan kehidupan tersebut dan mengambil peran sebagai pengasuh utama yang mengelola rumah tangga.

Ketika perempuan terus bekerja dan mendapatkan upah, pekerjaan tersebut biasanya masih dilakukan di dalam rumah. Mereka mengerjakan tugas-tugas domestik seperti mencuci, menjahit, dan pekerjaan rumah tangga lainnya untuk orang lain. 

Artinya, secara historis, tidak diperlukan ruang laktasi khusus untuk para perempuan baik yang bekerja maupun tidak setelah memiliki anak. Mereka sebagian besar menyusui di kursi besar yang nyaman atau di tempat tidur, atau di mana pun yang nyaman di rumah.

Ketika perempuan kembali bekerja setelah memiliki keluarga, terutama beberapa bulan setelah cuti melahirkan dan tetap menyusui, hal ini sebenarnya masih relatif baru. Menurut AIA Best Practices for Lactation/Wellness Room Design, masuknya perempuan ke tempat kerja dimulai para era 60-an yang mana sebagian di antaranya disebabkan oleh pengembangan susu formula bayi.

Susu formula bayi sendiri ditemukan pada 1860-an tetapi baru pada 1940-an dan 1950-an susu formula dianggap oleh dokter dan konsumen sebagian pengganti ASI yang aman dan memungkinkan bayi diberikan makan dari sumber nutrisi selain dari ibunya. Dengan kondisi ini, tentunya memungkinkan para ibu untuk kembali bekerja di luar rumah jika dibutuhkan atau diinginkan.

Namun, pada 1980-an dan 1990-an, saat perempuan bekerja menjadi hal yang lumrah, kebangkitan kecil dan signifikan dalam pemberian ASI muncul. Bukan kebetulan bahwa ketika susu formula meningkat pamornya, pemberian ASI semakin dianggap kuno, tidak berbudaya, dan tidak pantas di lakukan di depan umum, apalagi di tempat kerja,

Namun, bagi perempuan yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan serta masih menyusui bayinya, mereka merasa perlu memompa ASI sepanjang hari. Dan, keberadaan konsumen pertama pompa ASI hadir di pasaran pada 1990-an dengan nama Ameda Purely Yours.

Di fase terdahulunya, bilik kamar mandi atau toilet menjadi ruang laktasi pertama di tempat kerja. Ruang ini sering kali jadi satu-satunya area pribadi dan tenang di tempat kerja bagi perempuan untuk memerah ASI.

Saat itu, memompa ASI di toilet seperti menyuruh seseorang makan siang di kamar mandi, kata seorang perempuan dalam sebuah artikel di St Louis Post pada 1993. Atau, lebih tepatnya, menyiapkan makan siang anak di kamar mandi. Bagaimanapun, tentunya hal tersebut  tidaklah menarik dan tidak menyenangkan.

Beranjak pada awal 1990-an, beberapa perusahaan mulai merancang dan membuat ruang laktasi khusus. Misalnya, The Missouri Department of Health membuka ruang laktasi khusus pada 1993 (jauh lebih maju dari banyak tempat kerja dan kantor lainnya). 

Ruang tersebut, yang sebelumnya menjadi area penyimpanan, kemudian dijadikan tempat khusus untuk ibu menyusui dan dilengkapi berkat anggaran konstruksi di bawah USD2.000 ditambah kulkas mini seharga USD100.

Memasuki 2010, ketika UU Standar Perburuhan tahun 1938 diamandemen oleh the Affordable Care Act (ACA) untuk mewajibkan pemberi kerja dengan 50 karyawan atau lebih menyediakan waktu istirahat yang wajar dan ruang khusus untuk ibu menyusui guna memerah ASI mereka saat di tempat kerja (selain kamar mandi) yang terlindung dari pandangan dan bebas dari gangguan rekan kerja dan publik. Pada 2023, hak tersebut di perluas ke lebih banyak karyawan dengan UU PUMP for Nursing Mothers Act (PUMP Act). 

Pada 2017, Architectural Graphic Standards menyertakan tata letak ruang laktasi, meskipun terbatas pada ketinggian dan tidak memberikan informasi mengenai dimensi yang direkomendasikan atau persayaratan teknisnya, seperti dikutip dari laman Madamearchitect

Saat itu, rekomendasi untuk mendesain ruang laktasi dari AIA dikembangkan oleh dua arsitek perempuan, Liz York, FAIA (sebelumnya  the Chief Sustainability Officer of the Centers for Disease Control and Prevention dan merupakan ibu dari tiga anak) serta Joyce S. Lee, FAIA (pimpinan dari sustainability and institutional real estate).

Panduan terperinci tersebut menguraikan bagaimana ruang tersebut digunakan. Karena, tidak semua orang secara inheren tahu bagaimana ruang laktasi digunakan. Sementara, ruang laktasi sedianya diperlukan tidak hanya di tempat kerja, tetapi juga di tempat umum. Bahkan, secara mengejutkan bahwa bandara telah menjadi salah satu tempat paling umum di mana terdapat ruang laktasi yang menghadap ke publik. 

Harvard Business Review menerbitkan sebuah studi pada 2019 yang meneliti bagaimana memompa ASI dapat memengaruhi perempuan yang bekerja penuh. Temuan tersebut menunjukkan bahwa ada manfaat bagi perempuan dan perusahaan ketika perempuan diberi waktu dan ruang untuk memompa ASI dengan nyaman.

"Mereka menemukan bahwa memompa ASI di tempat kerja memperkaya, dan pada akhirnya tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah waktu yang dilaporkan perempuan untuk memompa dan produktivitas mereka di tempat kerja. "

Temuan tersebut menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan perempuan untuk memompa nyatanya tidak menurunkan produktivitas kerja mereka. Sehingga, aspirasi tersebut memang sepatutnya didengarkan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online